SATUDARAH MC
Penelitian lembaga riset Belanda Politie dengan judul Outlawed Bikers in Nederland, Satudarah merupakan klub motor pelanggar hukum terbesar di Belanda. Bahkan di Eropa, reputasinya jauh menyusul nama-nama klub motor lama seperti Hells Angels, Gremium, Mongolian, dan Bandidos.
Satudarah masuk ke Jerman dengan merekrut beberapa anggota klub yang telah lama berkuasa. Banyak anggota Mongols dan Gremium membelot ke Satudarah. Hal ini pernah menyebabkan bentrokan di negara tersebut dalam kurun waktu 2013 hingga 2014.
Kasus hukum yang menghantui Eropa di antaranya adalah penusukan di sebuah klub di Duisburg, Jerman pada Februari 2013 dan kerusuhan di Copenhagen, Denmark pada Februari 2014. Catatan ini memaksa Kementerian Luar Negeri Jerman melarang aktivitas Satudarah MC di negerinya sejak 2015.
Tak ayal, Satudarah dianggap sebagai momok dalam dunia kriminal. Oknum anggota Satudarah banyak yang terlibat aksi kekerasan, prostitusi, dan penyelundupan narkotika.
Pada Februari 2017, pemimpin Satudarah ramai-ramai dihukum karena kasus narkoba dan pencucian uang. Dikutip dari media NL Times, Presiden Satudarah, Angelo Manuhutu, divonis 25 bulan penjara oleh pengadilan Breda, Belanda. Dia divonis bersama saudaranya Xanterra Manuhutu yang terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang. Berikutnya, anggota klub motor Satudarah lain juga diringkus karena kedapatan menjual kokain dalam pertandingan sepak bola FC Twente, Sabtu (8/4).
Meski dibentuk di Belanda dan terbuka dengan berbagai latar belakang, Satudarah tetap berpedoman pada nilai-nilai budaya Maluku. Moto mereka adalah Lawamena Halulua yang artinya “Jaga Muka Sapa Pele Kita Sapu Bersih”. Politie menyebutkan, setiap anggota wajib memahami sejarah Maluku untuk bergabung dalam klubnya.
Rasa Maluku
Dalam film dokumenter Satudarah, One Blood, terekam setiap seremoni klub begitu kental dengan tradisi Maluku. Tarian perang adat Maluku, musik, dan bahasa yang dikultuskan, begitu kental nuansa Maluku dalam kehidupan klub tersebut. Semua anggota, tidak hanya yang berasal dari Maluku, begitu khusyuk mengamalkan seremoni itu.
Banyaknya orang Eropa yang bergabung dengan klub motor tersebut berlandaskan solidaritas dan ketertarikan akan semangat kesatuan yang terkandung dalam filsafat Satudarah. “Saya sadar bahwa keturunan Maluku selalu dikelabui oleh pemerintah Belanda,” ujar salah satu anggota motor klub yang berperawakan Eropa.
Meski tidak ada penjelasan khusus soal nama Satudarah Motor Club, tetap saja nama tersebut akrab dengan struktur sosial masyarakat Maluku pada umumnya. Satu darah adalah narasi yang telah melekat dan menjadi warisan nenek moyang orang Maluku.
Dalam buku Religious Violence and Concilation in Indonesia tulisan Sumanto Qurtuby, orang Maluku --sebelum masuknya agama Islam dan Kristiani-- mengenal istilah Gandong yang artinya rahim.
Dari Gandong, warga Maluku begitu menghayati apa itu kekeluargaan. Gandong selalu diikuti oleh sebuah janji, “darah satu darah semua, mati satu mati semua”. Darah menjadi simbol yang mempersatukan orang Maluku. Atau bahasa umumnya, katong basudara: kita bersaudara.
Struktur tersebut menjadi dasar semangat kekerabatan antar orang Maluku di manapun berada. Setelah antar orang Maluku memiliki identitas berbeda seperti agama, kewarganegaraan, asal pulau, hingga status ekonomi, semangat Gandong digunakan untuk merekatkan kekeluargaan di tengah perbedaan bahkan bisa mendamaikan permusuhan.
Rombongan Satudarah pernah pulang kampung ke Maluku pada 30 Oktober 2014. Dalam kunjungan tersebut, seluruh masyarakat dan tokoh Maluku memberi sambutan hangat kepada rombongan Satudarah
IG : @madmonkmc @wreck.custom
Komentar
Posting Komentar